Pertarungan antar media
terus belangsung, di sosial media maupun media televisi yang notabene si
pemilik media berkepentingan / nafsu politik.
Itulah beranda pikiran saya
sewaktu lewat didepan tv di zaman now yang anehnya tetep laris; utamanya kaum
hawa yang menganggap tv sebagai hiburan yang menyanduinya. Kapan lewat depan tv
lalu pas iklan; terasa saya sangat bodoh dan kolot.
Pernah digagas bahwa: peran
media dalam pembangunan demokrasi di Indonesia, atau orang media dapat
menyebutnya sebagai jurnalisme damai. Tetapi hasilnya makin terbalik 90% karena
demokrasi sangat "basah" bagi pemodal ekonomi global yang sengaja
membikin wacana untuk kepentingannya.
"Pokoknya media isinya
cekakakan!" kata si Dul,
"Kalo media sosialmu
isinya apa?" tanya si Panjul meledek.
"Akun medsosku hampir
punah mas.. Soalnya gak jarang saya buka." Jawab si Dul melepas ujaran si
Panjul.
"bukannya sibuk ganti
presiden ya?!" si Panjul menyela
Puncaknya sistem media itu
mencetak karakter dan freme cara berfikir penonton sangat tajam dan mainstrim;
berpotensi perpecahan bagi masyarakat yang linier dalam menerima informasi.
Metro, 31 Mei 2018
Ulasan pikiran
Didepan tv bersama keluarga
Ulasan pikiran
Didepan tv bersama keluarga